Kali ini saya mau kilas balik lagi tentang kisah perjalanan saya dalam pendakian ke Rinjani dua tahun lalu. Berhubung saya sudah bertahun-tahun vakum naik gunung, maka begitu start up lagi saya langsung mau hajar gunung-gunung tertinggi di Indonesia. Pengalaman terakhir saya naik ke Semeru fisik saya kurang maksimal, maka dari itu pendakian kali ini saya berlatih lebih keras lagi supaya fisik saya jauh lebih terbiasa. Saya rutin berolahraga dan menjaga berat badan tubuh agar tetap prima.
Kalau ditanya bagus mana Semeru dan Rinjani, saya akan menjawab dua-duanya bagus dan ada kelebihannya masing-masing. Tapi pendakian ke Rinjani kali ini tidak sedingin waktu ke Semeru, jadi tidak terlalu mengigil. hahaa...
Day 1
Mengingat pengalaman tahun lalu yang kurang baik mengenai penerbangan, sekali ketinggalan pesawat dan salah beli tiket, akhirnya saya memutuskan untuk meng-handle semuanya sendiri. Sulit mempercayai orang lain soal ini.
|
Pusat Vulkanik Gn Rinjani |
Dan syukurlah, semua berjalan dengan mulus. Kami berangkat naik pesawat menuju Lombok. Dan setibanya di Lombok, ada teman kami yang sudah siap menjemput. Kami kemudian berangkat langsung menuju Desa Sembalun untuk bersiap-siap. Terpaksa kami harus menghabiskan 2 malam di tempat ini karena kesulitan mencari porter pada saat itu berhubung sedang Lebaran. Namun syukurlah akhirnya dapat porter juga. Untuk para pendaki yang lain, hati-hati ya kalau memilih porter, karena porter yang kami pilih ini memang pelayanannya baik tapi pas ditanya harganya. Pedeuusss gannn....
|
Bersama para porter di Danau Segara Anak |
Jadi bayangkan, kami memakai jasa porter selama 3 malam sebanyak 4 orang dan harus membayar semua tagihan sebesar hampir 7 juta rupiah. Gilaaa!!!! Salahnya, kami tidak bertanya lebih dahulu ketika di bawah berapa harganya. Jadi kami dihitung per hari Rp. 250.000/orang/malam/porter. Ditambah lagi biaya lembur, kemudian biaya ekstra karena Lebaran, embel-embel ini dan embel-embel itu. Padahal kami juga memberikan mereka makan dan rokok. ckckck... Bisa lebih mahal bayar porter daripada jalan-jalan keluar negeri. Edannn.
Alhasil kocek kita ludes des dess....
Ok, back to the story.
Day 3
|
Menuju Pos 1 |
Sudah dua malam kami bermalam di Kantor Penelitian Vulkanik Rinjani di desa Sembalun. Dan tiba waktunya bagi kami untuk melakukan pendakian. Di daerah ini sangat sulit mencari makan, karena keterbatasan warung makan. Selain itu penting bagi para pendaki yang baru, harap menggunakan guide dan porter karena medannya cukup menantang dan besar kemungkinan tersasar. Biar lebih safety aja. Lumayan kan ga usah susah-susah bangun tenda sendiri dan masak. Semua sudah tersedia.
|
Perjalanan dari Pos 1 |
|
Pemandangan selama Pendakian |
Baru 10 menit perjalanan, sudah satu peserta yang tumbang. Kacau deh, padahal di bawah anaknya semangat 45, tapi kenyataannya fisiknya berantakan. Terpaksa kami memanggil porter tambahan untuk membawa bawaan dia. Padahal sewaktu di bawah, teman yang satu ini adalah orang yang paling tidak sabar untuk mendaki dan merasa terlalu banyak buang waktu di bawah, apalagi melihat reputasi dia yang sudah mendaki enam gunung. Namun ternyata tumbang di menit-menit awal. Begitulah pendakian, tidak ada yang terduga, yang kuat bisa menjadi lemah, yang lemah bisa menjadi kuat. Jadi tidak ada gunanya sombong dalam pendakian.
Perjalanan dirasa tidak terlalu curam, kadang landai kadang naik. Yang paling terasa adalah ketika di 7 bukit penyesalan. Namanya saja sudah mengerikan.... hahaaaa... tanjakannya tak kunjung putus.
|
Melewati Pos 2 |
|
Makanan siap... |
Tapi yang jelas pemandangan sepanjang jalan endeeuussss......... Sungguh luar biasa. Hari ini kami bermalam di pos 3, supaya tidak terlalu terburu-buru. Untung ada porter, jadi ga capek cari air dan masak. Semua ready to served. Stabilll....
Day 4
Sial, semalam susah tidur entah kenapa. Beda sama teman-teman yang lain yang begitu rebah langsung paduan suara. Graakkk...Grokkk...Grakk...Grookk.... Ok, setelah sarapan dan ngopi, kami pun melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan tidak terlalu memakan banyak energi kali ini karena dibawa enjoy. Dan sore ini kami berkemah di Plawangan sebelum Summit.
|
Sunset di Plawangan
Enak buat bersantay di Plawangan apalagi sambil menghirup kopi dan sambil merokok. udah ga ada obatnya itu... Btw, malam ini kami akan mendaki puncak Rinjani. Setelah istirahat secukupnya, malam kami mulai summit. Trek yang ditempuh berpasir dan berbatu-batu kecil. Tidak sesulit di Semeru, namun tetap membutuhkan stamina dan mental yang kuat karena tanjakannya pedih.
Syukurlah, akhirnya kami berhasil tiba di puncak dengan selamat, kecuali satu teman yang memang fisiknya sudah tidak kuat lagi. Namun berhubung puncaknya kecil, maka para pendaki yang mau berfoto-foto harus berganti-gantian dan tidak bisa terlalu ramai di puncak, takut jatuh soalnya. Pernah ada cerita turis yang jatuh dari puncak Rinjani karena tergelincir. Jadi hati-hati adalah keharusan.
|
|
Puncak Rinjani |
|
Bersama di Puncak Rinjani |
|
Takut jatuh dari puncak Rinjani |
|
Seusai Summit |
Setelah Summit kami melanjutkan perjalanan ke Danau Segara Anak untuk bermalam disana. Perjalanan turunnya ternyata cukup menguras tenaga karena cukup terjal dan membuat dengkul bergetar. Setelah tiba, pemandangannya membuat kami amaze.... Indahnya luar biasa. Sayang banyak sampah, karena para pendaki yang membuang sampah seenaknya di sana.
|
Sorak Kegembiraan di Danau Segara Anak |
|
Mau merenungi nasib |
|
Lihat deh, belakangnya banyak orang mancing
Oh iya, malamnya sebelum tidur kami sempat berendam air panas di sana. Lokasinya dekat dengan Segara Anak. Banyak juga orang yang berendam di sana untuk kesehatan. Tapi teman-teman saya setelah berendam, dan berdiri langsung muntah-muntah karena terkena angin gunung dan sudah pada masuk angin. Hueekk...hueekkk....
Day 5
Tiba waktunya kami untuk turun gunung. Ada beberapa pilihan rute: Senaru, Sembalun, atau Torean. Karena kami melihat Senaru jalannya terlalu terjal, dan tidak mau melewati Sembalun lagi, maka kami memutuskan lewat Torean. Dan bagi para pendaki yang mau melewati rute ini hendaknya berhati-hati karena perjalanannya berbahaya. Banyak tebing curam, jalan di tepi jurang, dan petunjuk jalan yang minim. Apalagi ketika masuk ke dalam hutannya, suasana dan aura mistis sangat kental apalagi banyak gua-gua tempat di mana orang bersemedi. Tapi kompensasinya adalah pemandangan yang luar biasa. Berjalan di antara dua lembah Senaru dan Sembalun. Apalagi kami sempat melihat elang melinatas. Macam perjalanan layaknya film The Hobbit.
|
|
Jalur Torean |
|
Menerabas dua lembah di Torean |
|
Peserta yang takjub dengan pemandangan alam yang ajaib |
Perjalanan turun ini sungguh menguras energi dan mental, karena jalan dari jam 10 pagi dan batu tiba jam 11 malam. Asa udah bener-bener putus, jalan rasanya tidak sampai-sampai juga. Hufftt... Betapa bahagianya kami setelah tiba di rumah penduduk di bawah.
Setelah makan semangkuk indomie, kami pun tidur di teras warung.
Day 6
Setelah beres-beres dan sarapan, kami melanjutkan perjalanan menuju Gili Trawangan. Seperti yang sudah saya ceritakan di awal tadi, hati-hati dengan iuran porter. Kalau tidak deal dengan jelas di bawah akibatnya akan "diketok" seperti kami. Sedih, gondog, kecewa, kesal bercampur aduk semuanya. Padahal kami juga memberikan banyak suvenir ke mereka, seperti jaket, head lamp, sandal gunung, dll. Tapi dasarnya ga punya perasaan ya begitu. Sudahlah, anggap aja beramal. Diingat-ingat lagi hanya beikin kesal saja
Kegembiaraan dilanjutkan di Gili Trawangan. Dari gunung turun ke pantai.... Kaki rasanya sudah tidak karu-karuan, jalan pun sudah pincang-pincang.. Bagaimana keceriaan di Gili Trawangan akan saya lanjutkan di lain waktu ok...
|
Gili Trawangan |
Comments
Post a Comment