Chasing Self Loftiness
Markus 1:40-45
Seorang cendikiawan menumpang perahu di sebuah danau. Ia bertanya pada
tukang perahu:
Cendikiawan: "Sobat, pernahkah anda mempelajari Matematika?"
Tukang Perahu: "Tidak"
Cendikiawan: "Sayang sekali, berarti Anda telah kehilangan lagi
seperempat dari kehidupan Anda. Atau barangkali Anda pernah mempelajari ilmu
Filsafat?"
Tukang Perahu: "Itu juga tidak"
Cendikiawan: "Dua kali sayang, berarti Anda telah kehilangan lagi
seperempat dari kehidupan Anda. Bagaimana dengan sejarah ?"
Tukang Perahu: "Juga tidak"
Cendikiawan: "Artinya, seperempat lagi kehidupan Anda hilang"
Tiba-tiba angin bertiup kencang dan terjadi badai. Danau yang tadinya
tenang menjadi bergelombang, perahu yang ditumpangi merekapun
oleng. Cendikiawan itu pucat ketakutan. Dengan tenang tukang perahu itu
bertanya:
Tukang Perahu: "Apakah Anda pernah belajar berenang?"
Cendikiawan: "Tidak"
Tukang Perahu: "Sayang sekali, berarti Anda akan kehilangan seluruh
kehidupan Anda"
Saudara-saudari yang terkasih, cerita singkat di atas seringkali menjadi
gambaran kita sebagai hamba-hamba Tuhan mudah tergelincir ke dalam kesombongan.
Kerapkali kita tergoda untuk mencari nama baik, haus akan pujian/sanjungan,
mengejar pengakuan atas hasil, kerja keras, talenta, harta benda, dan
keistimewaan-keistimewaan lain yang kita miliki. Kesombongan inilah yang
akhirnya merusak relasi kita dengan Tuhan dan sesama, karena kita cenderung
merendahkan orang lain dan bahkan Tuhan itu sendiri.
Yesus sekali lagi memberikan kita teladan dan mengingatkan kita untuk tidak
mencari kemuliaan bagi diri kita sendiri. Setelah menyembuhkan orang kusta
tersebut, Yesus segera memperingatinya untuk tidak memberitakan peristiwa ini
kepada siapapun. Ini adalah tanda kerendahan hati dan penyangkalan diri
Kristus, bahwa Ia tidak mencari kehormatan bagi diri-Nya sendiri. Orang itu
tidak boleh memberitakannya, sebab hal ini akan semakin memperbanyak kerumunan
orang yang mengikuti Kristus, yang menurut-Nya sudah terlampau banyak. Bukan
berarti bahwa Ia tidak bersedia berbuat baik kepada semua orang, kepada
semua orang yang datang, tetapi Ia ingin melakukannya tanpa membuat kegaduhan,
supaya Ia tidak menjadi perhatian pemerintah, tidak menimbulkan gangguan atas
ketenteraman masyarakat, tidak melakukan apa pun yang bisa tampak seperti
berlagak, atau memancing tempik sorak berisi pujian.
Saudara-saudari yang terkasih, sudah layak dan sepantasnya seorang hamba
Tuhan bersikap rendah hati dan tidak mengejar kemuliaan diri. Karena mengejar
kemuliaan diri akan membawa kita kedalam kesombongan dan kesombongan akan
menghancurkan kita baik dalam relasi dengan sesama maupun dalam relasi kita
dengan Tuhan. Ingatlah bahwa kemuliaan dunia sifatnya hanya sementara dan
segala sesuatu yang kita miliki sifatnya tidak abadi. Be Humble! (Y.L. Indra Kurniawan S.S.,M.M.)
Comments
Post a Comment