Mengapa thejunglesurvival.blogspot.co.id ?
Mungkin banyak di antara Anda semua bertanya-tanya, mengapa juga harus memakai nama junglesurvival, padahal tampaknya ga ada sangkut-pautnya sama urusan alam dkk. Jadi asal muasal pertama kali saya menggunakan kata junglesurvival adalah ketika waktu saya SMA, saya mengikuti kegiatan pecinta alam yang bernama AMASON (Amatorum Societas Naturae) dalam bahasa latin yang berarti kelompok pecinta alam.
Pada waktu itu syarat untuk menjadi anggota adalah harus mengikuti pelatihan selama setahun, ibarat dalam sekolah/kuliah, pelatihan ini ada dua semester dan tiap-tiap semester ada ujiannya. Jujur, pelatihan dan pendidikan yang saya alami pada waktu itu terasa sangat berat dan menekan, bagaimana tidak, dari 10 orang angkatan saya yang ikut bergabung tinggal saya sendiri yang tersisih. Cobaan dan tekanan saya alami selama setahun pelatihan. Puncak penderitaannya adalah ketika KADER, sebagai ujian terakhir CAMA (Calon AMASON).
Waktu itu ujian kader saya dilakukan selama 5 hari 4 malam di Gunung Bunder, di bawah Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat. Bukan hanya fisik, intelektual, kemampuan medis yang diuji pada saat itu, melainkan juga kemampuan bertahan hidup.
Saat itu saya harus bertahan hidup di hutan selama 3 hari dengan modal 3 batang korek api, kemudian sebilah golok. Makanan saya setiap hari pada waktu itu adalah tapus, yang diperoleh dari bakal pohon pisang muda. Jangan tanya saya rasanya nikmat atau tidak, sudah pasti tidak dan ga jelas. Saya kemudian membuat tenda dari daun pisang untuk bermalam. Entah kebun pisang siapa saat itu yang saya tebang. Ternyata tenda dari daun pisang itu cukup nyaman dan hangat juga lho. Kemudian untuk menghangatkan diri kadang saya membuat api dengan batang kayu dan tumpukan daun kering. Dan tidak seperti semudah yang saya tonton di TV, ternyata membuat api unggun alami itu susahnya luar biasa. Tangan saya sampai pedes dan luka karena menggesek dahan kayu terus-terusan, sambil terus-menerus membaca mantra, "nyala lu, nyala lu, nyala lu..."
Yang membuat saya tersiksa lagi adalah ketika saya direndam di aliran sungai dengan suhu sekitar 3 derajat Celcius dini hari. Brrrr.... dingin gila!!!! Sekujur tubuh beku dan gemetar hingga pipi pun tidak terasa ketika digampar.
Singkat cerita, penderitaan panjang dan siksaan batin juga fisik akhirnya berhasil saya lalui waktu itu dan akhirnya saya dilantik menjadi seorang AMASON. Perjuangan untuk bertahan hidup di hutan menjadi salah satu pengalaman saya yang amat berkesan hingga sekarang. Nah, sejak saat itu motto junglesurvival selalu saya gunakan karena mengingatkan saya bahwa hidup itu keras, dan kita harus mensiasati bagaimana caranya supaya kita bisa tetap bertahan hidup. Bukan begitu saudara-saudara!?
Mungkin banyak di antara Anda semua bertanya-tanya, mengapa juga harus memakai nama junglesurvival, padahal tampaknya ga ada sangkut-pautnya sama urusan alam dkk. Jadi asal muasal pertama kali saya menggunakan kata junglesurvival adalah ketika waktu saya SMA, saya mengikuti kegiatan pecinta alam yang bernama AMASON (Amatorum Societas Naturae) dalam bahasa latin yang berarti kelompok pecinta alam.
Pada waktu itu syarat untuk menjadi anggota adalah harus mengikuti pelatihan selama setahun, ibarat dalam sekolah/kuliah, pelatihan ini ada dua semester dan tiap-tiap semester ada ujiannya. Jujur, pelatihan dan pendidikan yang saya alami pada waktu itu terasa sangat berat dan menekan, bagaimana tidak, dari 10 orang angkatan saya yang ikut bergabung tinggal saya sendiri yang tersisih. Cobaan dan tekanan saya alami selama setahun pelatihan. Puncak penderitaannya adalah ketika KADER, sebagai ujian terakhir CAMA (Calon AMASON).
Waktu itu ujian kader saya dilakukan selama 5 hari 4 malam di Gunung Bunder, di bawah Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat. Bukan hanya fisik, intelektual, kemampuan medis yang diuji pada saat itu, melainkan juga kemampuan bertahan hidup.
Saat itu saya harus bertahan hidup di hutan selama 3 hari dengan modal 3 batang korek api, kemudian sebilah golok. Makanan saya setiap hari pada waktu itu adalah tapus, yang diperoleh dari bakal pohon pisang muda. Jangan tanya saya rasanya nikmat atau tidak, sudah pasti tidak dan ga jelas. Saya kemudian membuat tenda dari daun pisang untuk bermalam. Entah kebun pisang siapa saat itu yang saya tebang. Ternyata tenda dari daun pisang itu cukup nyaman dan hangat juga lho. Kemudian untuk menghangatkan diri kadang saya membuat api dengan batang kayu dan tumpukan daun kering. Dan tidak seperti semudah yang saya tonton di TV, ternyata membuat api unggun alami itu susahnya luar biasa. Tangan saya sampai pedes dan luka karena menggesek dahan kayu terus-terusan, sambil terus-menerus membaca mantra, "nyala lu, nyala lu, nyala lu..."
Yang membuat saya tersiksa lagi adalah ketika saya direndam di aliran sungai dengan suhu sekitar 3 derajat Celcius dini hari. Brrrr.... dingin gila!!!! Sekujur tubuh beku dan gemetar hingga pipi pun tidak terasa ketika digampar.
Singkat cerita, penderitaan panjang dan siksaan batin juga fisik akhirnya berhasil saya lalui waktu itu dan akhirnya saya dilantik menjadi seorang AMASON. Perjuangan untuk bertahan hidup di hutan menjadi salah satu pengalaman saya yang amat berkesan hingga sekarang. Nah, sejak saat itu motto junglesurvival selalu saya gunakan karena mengingatkan saya bahwa hidup itu keras, dan kita harus mensiasati bagaimana caranya supaya kita bisa tetap bertahan hidup. Bukan begitu saudara-saudara!?
mohon maaf saya ingin bertanya, apakah ada alamat email dari kempat jendral pendiri AMASON? saya mohon informasinya untuk mendukung karya tulis saya seputar AMASON. terimakasih #29
ReplyDeleteKebetulan saya tidak punya nomornya Mas Bram, tapi mungkin bisa ditelusuri dari Grup FB AMASON.
DeleteMatur nuwun