Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2016

Pendakian Gunung Rinjani

Kali ini saya mau kilas balik lagi tentang kisah perjalanan saya dalam pendakian ke Rinjani dua tahun lalu. Berhubung saya sudah bertahun-tahun vakum naik gunung, maka begitu start up lagi saya langsung mau hajar gunung-gunung tertinggi di Indonesia. Pengalaman terakhir saya naik ke Semeru fisik saya kurang maksimal, maka dari itu pendakian kali ini saya berlatih lebih keras lagi supaya fisik saya jauh lebih terbiasa. Saya rutin berolahraga dan menjaga berat badan tubuh agar tetap prima. Kalau ditanya bagus mana Semeru dan Rinjani, saya akan menjawab dua-duanya bagus dan ada kelebihannya masing-masing. Tapi pendakian ke Rinjani kali ini tidak sedingin waktu ke Semeru, jadi tidak terlalu mengigil. hahaa... Day 1 Mengingat pengalaman tahun lalu yang kurang baik mengenai penerbangan, sekali ketinggalan pesawat dan salah beli tiket, akhirnya saya memutuskan untuk meng-handle semuanya sendiri. Sulit mempercayai orang lain soal ini. Pusat Vulkanik Gn Rinjani Dan syukurlah, semua be

TUHAN, KEJAHATAN, PENDERITAAN

“Jika Allah itu BAIK, mengapa Ia mengizinkan adanya kejahatan dan penderitaan?” Dalam kitab Ayub dikisahkan bahwa Ayub, seorang saleh yang hidupnya selalu baik ternyata mengalami penderitaan terus-menerus sampai Ayub sendiri merasa  tidak berdaya akan situasi kemalangan yang menimpanya. Ternyata situasi yang  dialami Ayub (mungkin) juga menimpa kehidupan kita dengan cara dan bentuk yang berbeda. Pada kenyataannya di dunia ini terdapat kejahatan dan penderitaan. Lalu inti pertanyaannya adalah: Apa sebabnya Allah mengizinkan adanya kejahatan dan penderitaan dalam dunia? Fakta adanya kejahatan dan penderitaan bertentangan dengan eksistensi Allah yang Mahatahu, Mahakuasa, dan Mahabaik. Jika Allah memang demikian, mengapa Ia membiarkan adanya kejahatan dan penderitaan di dunia? Untuk mengkaji persoalan ini, kita perlu membedakan dua masalah: masalah kejahatan dan masalah keburukan pada umumnya, khususnya penderitaan. KEJAHATAN Kejahatan menyangkut fakta bahwa manusia bisa ber

Iman dan Akal Budi

THOMAS AQUINAS Mengenal Allah Thomas Aquinas (1225-1274) adalah seorang imam Dominikan yang hidup pada zaman Skolastik (sekitar abad ke-12 dan ke-13). Ia mendasarkan filsafatnya pada filsafat Aristoteles dan pemikiran Augustinus yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme. Pada tahun 1879, ajaran Thomas (Thomisme) dinyatakan sebagai dasar bagi filsafat kristiani. Iman dan Akal Budi Thomas mengatakan bahwa iman dan akal budi tidaklah bertentangan karena keduanya berasal dari Allah. Keduanya pada akhirnya akan sampai kepada kebenaran hakiki yang sama. Perbedaannya hanya terletak pada metode yang digunakan. Filsafat memulai penyelidikannya dari benda-benda ciptaan. Sedangkan teologi menempatkan Allah dahulu sebagai asal dan fondasi untuk penyelidikannya terhadap benda-benda ciptaan. Teologi memerlukan wahyu Allah. Dari sini Thomas memunculkan unsur iman, karena untuk menerima wahyu diperlukan iman. Dengan iman, seseorang mencapai pengetahuan adikodrati yang disampaikan kepada

Ludwig Andreas Feuerbach “Allah adalah Ciptaan Manusia”

Hidup dan Karya Ludwig Andreas Feuerbach dilahirkan di Landshut, Jerman Selatan pada tahun 1804. Ayahnya seorang ahli hukum dan ibunya seorang wanita saleh. Pada umur 15 tahun ia sudah merasa tertarik dengan soal-soal keagamaan. Tahun 1823, belajar teologi protestan di universitas Heidelberg, lalu 1824 pergi ke Berlin untuk berguru kepada Hegel. Di sini minatnya berubah dari jurusan teologi ke filsafat. Tahun 1825, pindah ke Erlangen untuk mempelajari lmu pengetahuan alam dan memperoleh gelar Doktor filsafat. Tahun 1829-1832, Feuerbach bekerja sebagai dosen filsafat dan perlahan-lahan mulai meninggalkan pengaruh filsafat Hegel. Feuerbach mengalami kesulitan untuk mendapatkan gelar Profesor di kota tersebut karena bukunya “ Gedanken uber Tod und Un-sterblichkeit ” (Beberapa Pemikiran tentang Kematian dan Keabadian) dinilai membahayakan iman Kristen. Feuerbach kemudian berhenti menjadi dosen dan menjadi pengarang bebas. Tahun 1837, menikah dengan Berta Low dan melahirkan seorang putri

Cinta Diri yang Berlebihan

Chasing Self Loftiness Markus 1:40-45 Seorang cendikiawan menumpang perahu di sebuah danau. Ia bertanya pada tukang perahu: Cendikiawan: "Sobat, pernahkah anda mempelajari Matematika?" Tukang Perahu: "Tidak" Cendikiawan: "Sayang sekali, berarti Anda telah kehilangan lagi seperempat dari kehidupan Anda. Atau barangkali Anda pernah mempelajari ilmu Filsafat?" Tukang Perahu: "Itu juga tidak" Cendikiawan: "Dua kali sayang, berarti Anda telah kehilangan lagi seperempat dari kehidupan Anda. Bagaimana dengan sejarah ?" Tukang Perahu: "Juga tidak" Cendikiawan: "Artinya, seperempat lagi kehidupan Anda hilang" Tiba-tiba angin bertiup kencang dan terjadi badai. Danau yang tadinya tenang menjadi bergelombang, perahu yang ditumpangi merekapun oleng. Cendikiawan itu pucat ketakutan. Dengan tenang tukang perahu itu bertanya: Tukang Perahu: "Apakah Anda pernah belajar berenang?" Cendikiawan: &quo

Katolik Nasionalis!

KATOLIK NASIONALIS! Bagi anda para pecinta film Hollywood, pasti pernah menonton atau paling tidak mendengar film DIVERGENT yang belum lama ini sempat marak di pasaran bioskop-bioskop kesayangan anda. Singkat cerita, film ini mengisahkan tentang sebuah komunitas yang dibagi dalam 5 kategori tatanan politis. Kelima jenis kategori tersebut adalah Candor (jujur), Erudite (genius), Amity (suka damai), Dauntless (pemberani) dan Abnegation (penolong tanpa pamrih). Sedangkan mereka yang tidak termasuk di antara kelimanya disebut sebagai Divergent (berbeda) dan kelompok ini disingkirkan karena mengancam tatanan politis padahal justru orang-orang yang divergent inilah yang dibutuhkan untuk memelihara kesatuan dan keberagaman masyarakat. Politik seringkali malah menjungkirbalikkan keharmonisan yang seharusnya tercipta karena adanya kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Lalu apa kabar dengan Indonesia yang notabene adalah negara multikutural dan multiagama? Indonesia dalam kepungan