2.
Suara Harus Terdengar Jelas
Disamping kita harus menatap
lawan bicara, yang tak kalah pentingnya adalah menata suara kita agar lawan
bicara dapat menangkap dengan jelas apa yang sedang kita bicarakan. Tidak boleh
terlalu terburu-buru dan jangan terlalu pelan. Usahakan suara yang keluar bisa
terdengar jelas agar lawan bicara dapat terdengar apa yang kita ucapkan.
Karena kondisi tertentu
seringkali kita tidak dapat mengontrol suara kita, sehingga menjadi terlalu
cepat. Lawan bicara merasa perlu menegaskan kembali dengan bertanya balik. Atau
karena tidak ingin didengar orang lain, kita berusaha merendahkan intonasi
suara sehingga di telinga lawan bicara terdengar seperti desis ular.
Kedua-duanya bukan cara yang efektif dalam berbicara.
Berbicara dengan pelan tapi
jelas terdengar. Tidak perlu terlalu keras tidak perlu terlalu lemah. Yang
perlu kita perhatikan pula adalah tingkat emosional kita. Bicaralah ketika
emosi kita sedang tidak konsentrasi. misalnya kalau kita sedang marah atau
sedih, usahakan agar kemarahan atau kesedihan tersebut tidak terlihat oleh
lawan bicara.
Percuma saja kita berbicara
terburu-buru sampai nafas kita tersengal-sengal, lawan bicara susah mengerti.
Atau terlalu lembut seperti orang yang sedang dirundung derita berkepanjangan,
sehingga hanya terdengar seperti rintihan yang menyayat hati. Oleh karena itu
hindarilah berbicara terburu-buru atau terlalu pelan. Sebab dalam kondisi
berbicara seperti itu, sulit untuk meninta respon yang obyektif dari lawan
bicara.
Di samping tidak efektif,
pembicaraan yang kurang terdengar jelas di telinga lawan bicara kadang-kadang
menimbulkan kejengkelan bagi lawan bicara. Maunya ingin cepat-cepat selesai
tetapi malah menimbulkan persoalan baru yang tidak selesai-selesai. Tentunya
ini akan merugikan diri kita sendiri.
Comments
Post a Comment